Senja siap menenggelamkan sinarnya.
Mengubah langit jingga menjadi lebih gelap. Pelan-pelan memunculkan rembulan
dengan anggun. Begitu pula bintang tak absen untuk menghias langit hitam
menjadi lebih meriah. Lengkap sudah, hari telah benar-benar malam.
Aku termenung. Kenangan itu
menyambutku kembali. Bak kaset yang sengaja diputar lagi. Semua terbungkus
menjadi sebuah nostalgia indah yang menemani malam berbintangku. Cerita ini
tentang sebuah keluarga besar yang luar biasa hebat. Sebut saja CoperlazA.
(Photo is edited by Atika Pratiwi)
Saat aku duduk
disini, menikmati gemerlap bintang lewat jendela kaca kamarku, aku menyadari
banyak hal tentang mereka. Tentang betapa istimewanya mereka. Tentang betapa
hebatnya mereka. Bodohnya aku yang terlambat menyadari, mereka adalah bagian
kebahagiaanku selama tiga tahun ini.
Tak akan ada
artinya lagi sebuah penyesalan. Waktu tak pernah mengijinkan kami kembali ke
masa itu. Bahkan sekarang bisa dibilang tinggal menghitung hari untuk kata
berpisah. Untuk melucuti senjata perlindungan kita bersama. Untuk pelan-pelan
melepas genggaman tangan erat kita.
Kalau boleh aku
mengakuinya, aku takut. Bahkan mengenang sebuah kelas dengan tiga puluh dua
siswa, tiga puluh dua tingkah laku, tiga puluh dua hal ajaib, itu semua
menyesakkan.
Biarpun aku tak
pernah menjadi siapapun untuk kalian. Walaupun aku hanya gadis cerewet yang
suka mengatur, sok tau, ikut campur, walaupun aku ini anak yang tidak asik bagi
kalian. Atau mungkin aku hanya asik untuk di soraki “Hmm” setiap kali
mengatakan sesuatu. Hanya asik untuk menjadi bahan tertawa. Tak apa, aku tak
sepenuhnya kesal. Apapun itu diriku dimata kalian asalkan itu artinya aku
adalah bagian dari kalian, tak apa.
Yaa, tapi kalian
selalu berarti bagiku. Kalian selalu istimewa. Dengan keajaiban-keajaiban yang
kalian ciptakan sendiri. kalian selalu hebat dimataku.
Untuk dia, yang aku tak
bisa menyebut namanya. Terimakasih telah mengenalkanku pada sebuah rasa.
Terimakasih telah menjadi seseorang yang pernah menyayangiku. Terimakasih untuk
hari-hari yang entah kau tahu atau tidak aku sangat menghargainya. Terimakasih
telah mengajariku bagaimana rasanya menyayangi dan di sayangi. Terimakasih
untuk membuatku tahu rasanya memiliki seseorang yang berharga, dan bagaimana
menjaganya. Terimakasih telah menjadi orang pertama yang mengajarkanku rasa
sakit itu. Membuatku belajar bangun dari rasa sesak yang menghimpitku setiap
malam. Terimakasih.
Untuk Nizar, yang menjadi
sahabat yang hebat. Mau mendengar ceritaku meski mungkin itu merupakan hal
membosankan untuk didengar. Selalu memberi tanggapan yang berbeda, simpel tapi
mengena. dan kau menjaga cerita itu lebih baik dari siapapun. Terimakasih.
Untuk Vira, sahabat
sekaligus kakak yang baik. Entah dia tahu atau tidak aku sedikit iri padanya.
Bagaimana tidak, dia pintar, baik,
terkenal (bisa dibilang) di elu-elukan, dan diluar itu semua, dia begitu
cantik. Terimakasih selalu ada untuk menemaniku. Menjadi dewasa untukku.
Terimakasih karena selalu berbagi ceritamu denganku tanpa kuminta, dengan
begitu aku tahu rasanya dianggap ada. Kau selalu hebat dimataku. Bahkan ketika
kita kau berada di tempat yang berbeda, kau masih mau menanyakan kabarku,
beberapa kali menelfon. Kau selalu menghargai karyaku. Aku senang setiap kali
kau bilang “Disini tidak ada yang sehebat dirimu”. Biarpun seisi dunia
menyangkalnya, biarpun itu hanya kalimat basa-basi, biarpun kau mengatakan itu
pada semua teman di Jogja, aku tetap senang. Lebih senang lagi setiap kali kau
berkata bila kau sedang merindukanku.
Untuk Vita dan Ahya, kalian
adalah sepaket yang tak lepas. Terimakasih telah menjadi sahabat yang mau
menemaniku. Termakasih kalian telah mengajarkanku untuk mengurangi keegoisanku.
Terimakasih telah membuatku pelan-pelan menyadari bagaimana bersikap. Biarpun
ada beberapa sakit yang sering ku tanggung, terimakasih kalian mengenalkanku
pada hakikat rasa sakit itu. Dan membantu belajar menanganinya. Terimakasih
untuk menjadi teman berbagi, terutama untuk masalah K-Pop.
Untuk Sureya, gadis penyayang
yang jail minta ampun. Terimakasih untuk semuanya. untuk kepercayaan yang ada
pada dirimu. Untuk selalu menjadi orang yang pertama kali memberiku semangat,
meski aku mengacuhkannya, dan menjadi orang terakhir untuk menyerah atas
ketidak perdulian dan keegoisanku. Terimakasih (entah bohong atau tidak) kau
telah menjadikanku bintang. Untuk selalu ada disampingku dan menemaniku setiap
saat bahkan ketika dunia mengacuhkanku. Maaf aku menjadi orang yang terlambat
menyadari kehadiranmu. Menjadi orang yang kasar dan cuek padamu. Tapi orang
benar, kasihmu yang tulus itu telah meluluhkan keegoisanku. Kau tahu kenapa aku
selalu memanggilmu “Bubun”? itu karena kasih sayangmu begitu tulus dan tak
pernah berhenti, tak pernah memintaku untuk perhatian kepedamu juga. Karena kau
tak perduli betapa aku menghiraukanmu. Kau selalu ada. terimakasih telah
menjadi pasangan lubang hidung untukku (kata Pak Ridi, Aku dan Sureya kaya
sepasang lubang hidung yang nggak pernah pisah). Kalau kau berharap menjadi sahabat yang baik
untukku. Lupakan, kau lebih dari itu.
Untuk Shasa, yang moodnya
nggak stabil. Kadang kekanak-kanakan, kadan ribut minta ampun, kadang diem aja
nggak mau diganggu, kadang romantis tingkat dewa, kadang alay. Apapun itu,
itulah kamu. Terimakasih untuk semuanya. Untuk motivator yang tak pernah kau
sadari. Untuk menjadi Sahabat yang ajaib. Untuk menemaniku ketemu bang Tere
(yeaay!!). untuk semuanya.
Untuk Tika, yang selalu jadi
adik yang baik. Selalu menjadi pendengar yang hebat. Selalu sederhana tapi
hebat. Selalu nemenin naik bis.
Untuk Primas, yang selalu
sabar menghadapi aku yang kekanak-kanakan. Yang menjadi dewasa untukku. menjadi
orang yang (sampai sekarang) cukup misterius untukku. well, terimakasih untuk
menjadi pendengar yang baik. Selalu berbagi ceritamu. Terimakasih. :D
Untuk Oka, yang aku juga nggak ngerti. Kadang baik, kadang
nyebelin. But, thanks kamu membantu banyak untuk aku dan dia.
Untuk Yusi, Annis, Clara, Asti, Becky,
Chinddhy, Fildza. Sekumpulan anak yang super seru (baca: super
nyebelin dan jail) yang selalu bikin rame kelas. Selalu bikin malu, bikin
heboh. CoperlazA sepi tanpa kalian. Well, meskipun kalian sering banget jail.
Aku yakin nggak ada yang bener-bener serius. Kalian bener-bener sekelompok anak
yang seru (honestly). Big thanks untuk meramaikan kelas.
Untuk Bhaga, cowo keppo eang
butuh cindtha *ups. Makasih kamu masuk dan menjadi pelengkap yang keren.
Untuk Ayu, gadis yang
supeeerrr dupeer mega sabar ngadepin kejailanku. Nggak pernah marah. Selalu
ngajarin aku. Dan untuk jadi temen semeja yang setia setahun ini. Thanks dear.
Untuk Fadli, meskipun dia rusuh banget,
tapi dia yang selalu bikin ketawa dengan tingkahnya yang super innocent itu.
Meskipun dia jadi pemimpin untuk mengolokku (kayaknya sih gitu). Tapi makasih.
Telah memperiku perhatian dalam bentuk yang berbeda.
Untuk setiap
nama yang belum tersebut. Meski aku tak pernah mengenal kalian dengan baik,
meski kalian membenciku. Kalian adalah teman-teman yang super hebat! Kalian
adalah bagian CoperlazA yang tak akan tergantikan oleh siapapun juga. Dengan
tingkah lalu kalian yang tidak biasa, maka dengan itu terlahirlah CoperlazA.
Kelas yang komplit dan semua ada.
Untuk
tiga puluh dua pasukan yang teramat hebat, maafkan aku. Karena aku tak menjadi
teman yang menyenangkan, karena aku yang terlewat egois, sok mengatur, sok
dewasa, tidak asik. Maafkan aku karena terkadang aku sangat menyebalkan.
Biarpun aku bukan siapa-siapa untuk satu orangpun dari kalian, aku ingin kalian
tahu, aku bersyukur pernah mengenal kalian.
Biarkan waktu
berjalan memenuhi tugasnya. Meninggalkan cerita yang akan terus berbekas.
Biarkan hari terus berlanjut. Memberikan pemahaman tentang arti sebuah
kebersamaan. Biarkan waktu terus berputar. Membawa kita pada sebuah perpisahan.
Kawan,
waktu itu tak pernah terlambat datang membawa janjinya. Meskipun itu adalah
sebuah perpisahan yang dengan sekuat tenaga kita menyangkalnya. Biarpun mata
kita tak tak saling memandang, biarpun tangan kita tak saling menggenggam, tapi
sungguh aku berharap Tuhan tak pernah benar-benar memisahkan kita.
Jalan
terbentang disana, kawan. Ambil jalan yang kau pilih, buktikan pada dunia bahwa
kita bisa mengambil bintang terang itu. Menjadi pribadi yang lebih baik dengan
pemahaman baik. Membawa janji esok yang lebih baik.
Tulisan
ini tak akan pernah mewakili satu dari sekian kisah aku bersama kalian. Satu
dari rasa syukur teramat besar untuk pernah ada dan menjadi bagian dari kalian.
Tak pernah mengungkapkan betapa aku berterimakasih atas semua yang kalian
lakukan. Tak pernah menyampaikan maafku yang teramat dalam untuk menjadi teman
kelas yang tidak seperti apa yang kalian harapkan.
Semoga
kalian bisa melewati jalan kalian dengan baik. Memiliki pemahaman yang baik
tentang kehidupan. Mengambil mimpi yang selalu kalian rajut. Semoga Tuhan
memudahkan semuanya.
-Ruri Annisa-