Rabu, 11 Desember 2013

Hujan dan Kerinduan Kehangatan



Hujan bergemericik menemani malam. Semakin larut semakin deras ia turun. Aku merasakan kedinginan yang tak biasa. Bukan sekedar dingin yang bisa ditutupi dengan selimut saja. Namun, kedinginan yang kasat mata. Jauh disana, dingin. Aku merindukan sebuah percakapan hangat antara kita yang bisa mencairkan kedinginan ini.

Delapan belas hari semenjak kedekatan kita. Mungkin masih terlalu dini untuk dikatakan sebuah kedekatan. Mungkin aku terlalu nyaman untuk berada di tempat yang tak seharusnya kusinggahi. Namun kedinginan ini semakin menusuk seiring menetesnya hujan di luar sana.

Tentu saja ini bukan tentang suka atau tidak suka. Seperti sebuah gelas yang telah kosong untuk waktu yang cukup lama, dia tak akan bisa tau apakah yang sedang dituangi air putih yang sejuk atau kopi yang begitu kotor. Dia sudah lupa rasanya. Dia hanya berdiam di atas meja. Menunggu air yang murni untuk mengisinya.  Padahal, saat waktunya tiba, dia tak benar-benar tahu apakah itu air murni atau bukan. Dia tak begitu yakin.

Ahh... bolehkah aku mengumpamakan hati seperti gelas itu? Ketika ada yang mengisinya, aku tak tahu apakah hal itu tulus atau tidak. Seperti sudah lupa rasanya ketulusan itu. Yang aku tahu hanyalah aku nyaman karena sesuatu telah mengisi kekosongan.

Aku tak ingin mengatakan aku tak merindukan percakapan hangat kita. Aku sendiri bahkan bingung mengartikan semuanya. Biarkan waktu mengambil alih masalah ini. Menjelaskan semuanya dengan caranya sendiri. Utuh, tanpa ada yang ditutup-tutupi  

 "Is this real? is this pretend? I'll take a stand until the end" - (Avril Lavigne - Alice)

"t's nice to know that you were there
Thanks for acting like you cared

And making me feel like I was the only one
It's nice to know we had it all
Thanks for watching as I fall
And letting me know we were done"

(Avril Lavigne- Happy Ending) 




Malam sepesial 11-12-13

Minggu, 24 November 2013

LDKS Ancala Puspa Paksi



Selamat malam, satu hari lagi telah habis. Senja telah menenggelamkan sinarnya. Hujan membasuh kota kami disertai  dengan gemuruh suara Guntur.

Malam ini, aku ingin menulis tentang arti kebersamaan. Satu kata yang dulu aku belum mengerti benar apa itu artinya. Kebersamaan yang aku sering menyepelekannya. Namun, pengalaman itu selalu mengajari tanpa diminta. Ini adalah satu dari sejuta hal menakjubkan yang Tuhan turunkan untukku. Selamat mengikuti alur ceritanya.

Ancala Puspa Paksi. Biarkan kami mengharumkan SMAGO seharum bunga, membawanya ke setinggi gunung, meraihnya dengan usaha seperti burung terbang. Hari Jumat aku dan rekan Osis akan mengadakan LDKS di Kavaleri Demak Ijo. Persiapannya luar biasa ribet. Mungkin karena dari awal kami sudah menolak acara ini.

Jumat, 8 November 2013. Aku tiba di Kavaleri pukul tujuh, mengenakan seragam kebanggaan SMAGO, putih-putih lengkap berjas. Setiba disana tempat sudah ramai. Sekitar pukul delapan, kurang seperempat dimulai lah upacara pembukaan. Sedikit tegang karena upacara dilaksanakan bersama TNI. But, mereka sangat ramah!

Setelah upacara pembukaan acara dilanjutkan dengan PBB dasar oleh pak Dwi. Posisi siap, istirahat, hadap kanan, hadap kiri, balik kanan. Acara ini tidak terlalu lama karena mengingat hari semakin panas. Setelah PBB dilanjutkan materi, shalat zuhur, makan siang. Acara makan siang tentu saja tak seenak sendiri. Ada aturan yang harus dilaksanakan. Berdoa, mengucapkan “Selamat Makan”, tidak ada sendok cari mulut, dan tentu saja tidak boleh ada sedikitpun makanan tersisa.

Hari berangsur soire, kami kembali materi di Aula. Oh iya, ada satu hal yang terlupa, setiap keluar dari Barak, kami harus berjalan bersama dalam satu pasukan. Saat waktu shalat ashar kami bersama melakukan shalat sambil terkena hujan sedikit. Materi lagi di Aula, shalat magrib, makan malam, shalat isya, materi lagi. Belum ada yang begitu special hari ini, apalagi, terlalu banyak materi yang membuat mengantuk *ups. Kami tidur pukul setengah sebelas malam setelah melewati apel malam yang panjang.

Sabtu, 9 November 2013. Aku malas sekali bangun *hoahm* tapi aku memaksakan diri untuk bangun dan bersama-sama melaksanakan shalat subuh. Setelah sahalat subuh, kami melakukan olah raga pagi dengan lari dua putaran asrama (aku sudah lama sekali tidak olah raga) dan senam pendinginan di depan aula. Setelah melakukan olah raga pagi, kami mandi pagi dan sarapan (dengan aturan yang sama) dan dilanjutkan apel pagi.

Setelah  apel pagi, kami kembali melakukan PBB dasar di lapangan basket dengan materi lencang kanan, lencang kiri, dan hormat. Setelah itu ada berbagai game dari Kaveleri yang sangat menyenangkan. Saat makan siang, disini letak awal keseruan kami. Makan dengan waktu lima menit (samil nostalgia seleksi tonti) tapi, selain itu ada aturan lain yaitu = piring diputar. Bayangkan saja, kalian makan makanan orang lain, dan saat itu aku mendapatkan makanan anak laki-laki T.T. setelah makan siang dilanjutkan materi lagi di Asrama.
Selepas shalat ashar, ini yang kami tunggu. Ada materi Joyride. Mengendarai panser ( mirip tank tapi rodanya bunder). Huaa, serasa jadi TNI pas mau perang gitu. Bedanya, ini santai banget, ngga ada tegang-tegang mau di tembak musuh. Satu kehormatan bisa naik panser yang nggak semua orang bisa ngerasain (Aku duduk diatas kipas).
Setelah itu, mandi dan shalat magrib lalu makan malam (kali ini makannya ydah nggak pake diputer segala). Setelah makan dan shalat isya, dilanjutkan diskusi di Aula. Satu kebahagiaan yang nggak kalian  tau, bisa satu timdiskusi bersama dia. Si Yuliani belum kelar tuh diskusinya. Tapi kami harus melanjutkan materi “find the hidden image” yang tambah lucu karena mas Ilham susah litanya, haha.

Kita keluar dari aula jam sepuluhan. Apelnya tambah lama karna mas Ulin ngocol terus bikin ngakak. Tapi akhirnya aku tidur jam setengah dua belas.

Minggu, 10 November 2013, last day. Selamat Hari Pahlawaan!! Aku bangun lebih males dari kemarin.  Tapi tentu saja aku tetep bangun dan shalat subuh bersama. Olahraga pagi hari ini hanya senam biasa yang dilanjutkan sarapan pagi. Jam tujuh kita mulai PBB dasar dengan waktu yang sangat singkat. Seseorang yang penting di Kikavser memberi sedikit pengarahan.

Kalian pernah denger woodball? Itu dalah sejenis permainan semacam golf tapi bedanya permainan ini dimainkan dengan kayu. Tongkat pemukulnya panjang dan ujungnya hamper mirip dengan botol. Bolanya coklat kaya cannonball, coklat buskusnya ungu itu loo tapi gede. Mainnya persis kaya main golf tapi bola bukan dimasukin ke lubang melainkan ke gawang kecil. Permainan ini jauh lebih murah dari golf dan tidak membutuhkan tempat khusus. Permainan ini seruu sekali di hari terakhir.
Terakhir, kami menyanyikan yel-yel yang meriah dan ngerjain mas Falah yang lagi ultah. Setelah itu, upacara penutupan dalam baju putih-putih yang panas banget. Setelah itu masih ada foto-foto bareng Pembina dan panser dan pulaang kerumah.
Aku pribadi mengucapkan banyak sekali terimakasih kepada pak Dwi, pak Eksa, dan Pak Agus yang telah meuangkan waktunya untuk mendampingi kami. Terutama pak Dwi yang setia sekali sama tugasnya. Terimakasih pula untuk rekan-rekan yang luar biasa seru, youre all the best! Dan aku lebih kenal sam seseorang yang dulu aku nggak suka  = mbak Candra. Aku kenal dia, dan aku tau dia gadis yang baik tak perduli berapapun orang di luar sana yang membencinya. Mereka hanya  belum mengenalnyal. Terimakasih untuk tiga hari, (tepatnya dua setengah) yang sangat menyenangkan, penuh pelajaran hidup, dan lain dari yang lain.

Aku nggak ngerti kenapa tulisan ini awalnya formal dan putis, tapi makin kebawah bahasanya makin  nyleneh pembawaannya. Daripada post ini penuh tulisan yang nggak jelas. Aku akan berbagi sedikit gmbar :D





Keseloan Lala

 Sebelum Naik Panser, pose duluu
 Here we are! (I Just Wondering, mengapa saya bersinar)
 Aku Naik Panser Ini, Namanya Anoa
 Ini Foto Lucu
 Kasian Bolanya Kelindes Anoa
 Perpaduan Antara Model dan Fotografer Hebat
 Udah Kaya Girlband Belum?
 Ketua Osis Posenya Ginian
 Keluarga Osis Ancala Puspa Paksi after Joyride
Sebelum Pulang

Selasa, 05 November 2013

Little Thing

Sudah empat bulan blog ini saya tinggalkan. Aku lupa kapan terakhir kali menulis dengan bebas menuangkan seluruh penat dan meluapkan seluruh kegembraan. Bahkan, aku tidak memposting untuk sekedar mengucapkan "Selamat menjalankan iadah puasa", "Selamat Hari Raya Idul Fitri", "Selamat Hari Raya Idul Adha". Setelah masuk SMA, waktu menyitaku masuk dalam kesibukan. Rohis, Osis, Pramuka, Tonti, yang smuanya sungguh menghabiskan waktu dan tenaga. Aku sangat sibuk, tapi bukan berarti aku mengeluh atas ini. aku menyukai kesibukanku. hanya saja, terkadang aku merindukan kebebasan.

Sambil membersihkan sarang laba-laba yang menempel di dinding blog, dan menyapu debu-debu di lantai, aku akan berbagi foto. Liputanku dalam "Gebyar Pelangi Budaya Bumi Merapi" Minggu, 3 November 2013 di Lapangan Denggung jam 10.00-13.00. Secuil kebebasan yang kusebut "A Job Without Wage" but honestly I love it.

 Setelah Sampai di Denggung jam 9 langsung foto bareng anak anak yang mau Nari
(Nikita, Shakuntala, Nira, Saya, Erisa, Veo. Foto Shakuntala)


(Foto Sama bapak2 yg ga capek gendong2an terus. Foto Shakuntala)
 

 (Yang Cewe yang tengah itu mbak Avianti. Foto Shakuntala)
 (Nyempetin Foto sama Tourist yang pas itu salah satu tamu undangan dari Amerika, tapi aku nggak tau namanya.  Foto Shakuntala)
 (Keduanya membuat saya takut. Foto Shakuntala)

 (Seneng banget kalo udah bagian peragaan busana gini :D. Foto Shakuntala)


 (Pas ada Teletubies keinget sama Aza sama Lala yang ga bisa ikut. Kita berempat kan Teletubies. Foto Shakuntala)

(Last, Foto sama yang peragaan busana. Paling kiri Via, tengah saya, paling kanan mbak Via. Foto Shakuntala)

Sebenernya fotonya ada banyak banget, tapi takutnya kalo saya upload semua lama2 kalian naksir lagi sama saya. hahaha, bercanda. Thanks for watching. 
 

Senin, 17 Juni 2013

Keluarga Besar yang Hebat (CoperlazA)




Senja siap menenggelamkan sinarnya. Mengubah langit jingga menjadi lebih gelap. Pelan-pelan memunculkan rembulan dengan anggun. Begitu pula bintang tak absen untuk menghias langit hitam menjadi lebih meriah. Lengkap sudah, hari telah benar-benar malam.

Aku termenung. Kenangan itu menyambutku kembali. Bak kaset yang sengaja diputar lagi. Semua terbungkus menjadi sebuah nostalgia indah yang menemani malam berbintangku. Cerita ini tentang sebuah keluarga besar yang luar biasa hebat. Sebut saja CoperlazA.



(Photo is edited by Atika Pratiwi)



Saat aku duduk disini, menikmati gemerlap bintang lewat jendela kaca kamarku, aku menyadari banyak hal tentang mereka. Tentang betapa istimewanya mereka. Tentang betapa hebatnya mereka. Bodohnya aku yang terlambat menyadari, mereka adalah bagian kebahagiaanku selama tiga tahun ini.

Tak akan ada artinya lagi sebuah penyesalan. Waktu tak pernah mengijinkan kami kembali ke masa itu. Bahkan sekarang bisa dibilang tinggal menghitung hari untuk kata berpisah. Untuk melucuti senjata perlindungan kita bersama. Untuk pelan-pelan melepas genggaman tangan erat kita.

Kalau boleh aku mengakuinya, aku takut. Bahkan mengenang sebuah kelas dengan tiga puluh dua siswa, tiga puluh dua tingkah laku, tiga puluh dua hal ajaib, itu semua menyesakkan.

Biarpun aku tak pernah menjadi siapapun untuk kalian. Walaupun aku hanya gadis cerewet yang suka mengatur, sok tau, ikut campur, walaupun aku ini anak yang tidak asik bagi kalian. Atau mungkin aku hanya asik untuk di soraki “Hmm” setiap kali mengatakan sesuatu. Hanya asik untuk menjadi bahan tertawa. Tak apa, aku tak sepenuhnya kesal. Apapun itu diriku dimata kalian asalkan itu artinya aku adalah bagian dari kalian, tak apa.

Yaa, tapi kalian selalu berarti bagiku. Kalian selalu istimewa. Dengan keajaiban-keajaiban yang kalian ciptakan sendiri. kalian selalu hebat dimataku.

Untuk dia, yang aku tak bisa menyebut namanya. Terimakasih telah mengenalkanku pada sebuah rasa. Terimakasih telah menjadi seseorang yang pernah menyayangiku. Terimakasih untuk hari-hari yang entah kau tahu atau tidak aku sangat menghargainya. Terimakasih telah mengajariku bagaimana rasanya menyayangi dan di sayangi. Terimakasih untuk membuatku tahu rasanya memiliki seseorang yang berharga, dan bagaimana menjaganya. Terimakasih telah menjadi orang pertama yang mengajarkanku rasa sakit itu. Membuatku belajar bangun dari rasa sesak yang menghimpitku setiap malam. Terimakasih.

Untuk Nizar, yang menjadi sahabat yang hebat. Mau mendengar ceritaku meski mungkin itu merupakan hal membosankan untuk didengar. Selalu memberi tanggapan yang berbeda, simpel tapi mengena. dan kau menjaga cerita itu lebih baik dari siapapun. Terimakasih.

Untuk Vira, sahabat sekaligus kakak yang baik. Entah dia tahu atau tidak aku sedikit iri padanya. Bagaimana tidak, dia pintar,  baik, terkenal (bisa dibilang) di elu-elukan, dan diluar itu semua, dia begitu cantik. Terimakasih selalu ada untuk menemaniku. Menjadi dewasa untukku. Terimakasih karena selalu berbagi ceritamu denganku tanpa kuminta, dengan begitu aku tahu rasanya dianggap ada. Kau selalu hebat dimataku. Bahkan ketika kita kau berada di tempat yang berbeda, kau masih mau menanyakan kabarku, beberapa kali menelfon. Kau selalu menghargai karyaku. Aku senang setiap kali kau bilang “Disini tidak ada yang sehebat dirimu”. Biarpun seisi dunia menyangkalnya, biarpun itu hanya kalimat basa-basi, biarpun kau mengatakan itu pada semua teman di Jogja, aku tetap senang. Lebih senang lagi setiap kali kau berkata bila kau sedang merindukanku.  

Untuk Vita dan Ahya, kalian adalah sepaket yang tak lepas. Terimakasih telah menjadi sahabat yang mau menemaniku. Termakasih kalian telah mengajarkanku untuk mengurangi keegoisanku. Terimakasih telah membuatku pelan-pelan menyadari bagaimana bersikap. Biarpun ada beberapa sakit yang sering ku tanggung, terimakasih kalian mengenalkanku pada hakikat rasa sakit itu. Dan membantu belajar menanganinya. Terimakasih untuk menjadi teman berbagi, terutama untuk masalah K-Pop.
           
Untuk Sureya, gadis penyayang yang jail minta ampun. Terimakasih untuk semuanya. untuk kepercayaan yang ada pada dirimu. Untuk selalu menjadi orang yang pertama kali memberiku semangat, meski aku mengacuhkannya, dan menjadi orang terakhir untuk menyerah atas ketidak perdulian dan keegoisanku. Terimakasih (entah bohong atau tidak) kau telah menjadikanku bintang. Untuk selalu ada disampingku dan menemaniku setiap saat bahkan ketika dunia mengacuhkanku. Maaf aku menjadi orang yang terlambat menyadari kehadiranmu. Menjadi orang yang kasar dan cuek padamu. Tapi orang benar, kasihmu yang tulus itu telah meluluhkan keegoisanku. Kau tahu kenapa aku selalu memanggilmu “Bubun”? itu karena kasih sayangmu begitu tulus dan tak pernah berhenti, tak pernah memintaku untuk perhatian kepedamu juga. Karena kau tak perduli betapa aku menghiraukanmu. Kau selalu ada. terimakasih telah menjadi pasangan lubang hidung untukku (kata Pak Ridi, Aku dan Sureya kaya sepasang lubang hidung yang nggak pernah pisah).  Kalau kau berharap menjadi sahabat yang baik untukku. Lupakan, kau lebih dari itu.
           
Untuk Shasa, yang moodnya nggak stabil. Kadang kekanak-kanakan, kadan ribut minta ampun, kadang diem aja nggak mau diganggu, kadang romantis tingkat dewa, kadang alay. Apapun itu, itulah kamu. Terimakasih untuk semuanya. Untuk motivator yang tak pernah kau sadari. Untuk menjadi Sahabat yang ajaib. Untuk menemaniku ketemu bang Tere (yeaay!!). untuk semuanya.
           
Untuk Tika, yang selalu jadi adik yang baik. Selalu menjadi pendengar yang hebat. Selalu sederhana tapi hebat. Selalu nemenin naik bis.
           
Untuk Primas, yang selalu sabar menghadapi aku yang kekanak-kanakan. Yang menjadi dewasa untukku. menjadi orang yang (sampai sekarang) cukup misterius untukku. well, terimakasih untuk menjadi pendengar yang baik. Selalu berbagi ceritamu. Terimakasih. :D
            Untuk Oka, yang aku juga nggak ngerti. Kadang baik, kadang nyebelin. But, thanks kamu membantu banyak untuk aku dan dia.
           
Untuk Yusi, Annis, Clara, Asti, Becky, Chinddhy, Fildza. Sekumpulan anak yang super seru (baca: super nyebelin dan jail) yang selalu bikin rame kelas. Selalu bikin malu, bikin heboh. CoperlazA sepi tanpa kalian. Well, meskipun kalian sering banget jail. Aku yakin nggak ada yang bener-bener serius. Kalian bener-bener sekelompok anak yang seru (honestly). Big thanks untuk meramaikan kelas.
           
Untuk Bhaga, cowo keppo eang butuh cindtha *ups. Makasih kamu masuk dan menjadi pelengkap yang keren.
           
Untuk Ayu, gadis yang supeeerrr dupeer mega sabar ngadepin kejailanku. Nggak pernah marah. Selalu ngajarin aku. Dan untuk jadi temen semeja yang setia setahun ini. Thanks dear.

            Untuk Fadli, meskipun dia rusuh banget, tapi dia yang selalu bikin ketawa dengan tingkahnya yang super innocent itu. Meskipun dia jadi pemimpin untuk mengolokku (kayaknya sih gitu). Tapi makasih. Telah memperiku perhatian dalam bentuk yang berbeda.
           
Untuk setiap nama yang belum tersebut. Meski aku tak pernah mengenal kalian dengan baik, meski kalian membenciku. Kalian adalah teman-teman yang super hebat! Kalian adalah bagian CoperlazA yang tak akan tergantikan oleh siapapun juga. Dengan tingkah lalu kalian yang tidak biasa, maka dengan itu terlahirlah CoperlazA. Kelas yang komplit dan semua ada.

            Untuk tiga puluh dua pasukan yang teramat hebat, maafkan aku. Karena aku tak menjadi teman yang menyenangkan, karena aku yang terlewat egois, sok mengatur, sok dewasa, tidak asik. Maafkan aku karena terkadang aku sangat menyebalkan. Biarpun aku bukan siapa-siapa untuk satu orangpun dari kalian, aku ingin kalian tahu, aku bersyukur pernah mengenal kalian.

Biarkan waktu berjalan memenuhi tugasnya. Meninggalkan cerita yang akan terus berbekas. Biarkan hari terus berlanjut. Memberikan pemahaman tentang arti sebuah kebersamaan. Biarkan waktu terus berputar. Membawa kita pada sebuah perpisahan.

            Kawan, waktu itu tak pernah terlambat datang membawa janjinya. Meskipun itu adalah sebuah perpisahan yang dengan sekuat tenaga kita menyangkalnya. Biarpun mata kita tak tak saling memandang, biarpun tangan kita tak saling menggenggam, tapi sungguh aku berharap Tuhan tak pernah benar-benar memisahkan kita.

            Jalan terbentang disana, kawan. Ambil jalan yang kau pilih, buktikan pada dunia bahwa kita bisa mengambil bintang terang itu. Menjadi pribadi yang lebih baik dengan pemahaman baik. Membawa janji esok yang lebih baik.

            Tulisan ini tak akan pernah mewakili satu dari sekian kisah aku bersama kalian. Satu dari rasa syukur teramat besar untuk pernah ada dan menjadi bagian dari kalian. Tak pernah mengungkapkan betapa aku berterimakasih atas semua yang kalian lakukan. Tak pernah menyampaikan maafku yang teramat dalam untuk menjadi teman kelas yang tidak seperti apa yang kalian harapkan.

            Semoga kalian bisa melewati jalan kalian dengan baik. Memiliki pemahaman yang baik tentang kehidupan. Mengambil mimpi yang selalu kalian rajut. Semoga Tuhan memudahkan semuanya.

-Ruri Annisa-