Senin, 17 Juni 2013

Keluarga Besar yang Hebat (CoperlazA)




Senja siap menenggelamkan sinarnya. Mengubah langit jingga menjadi lebih gelap. Pelan-pelan memunculkan rembulan dengan anggun. Begitu pula bintang tak absen untuk menghias langit hitam menjadi lebih meriah. Lengkap sudah, hari telah benar-benar malam.

Aku termenung. Kenangan itu menyambutku kembali. Bak kaset yang sengaja diputar lagi. Semua terbungkus menjadi sebuah nostalgia indah yang menemani malam berbintangku. Cerita ini tentang sebuah keluarga besar yang luar biasa hebat. Sebut saja CoperlazA.



(Photo is edited by Atika Pratiwi)



Saat aku duduk disini, menikmati gemerlap bintang lewat jendela kaca kamarku, aku menyadari banyak hal tentang mereka. Tentang betapa istimewanya mereka. Tentang betapa hebatnya mereka. Bodohnya aku yang terlambat menyadari, mereka adalah bagian kebahagiaanku selama tiga tahun ini.

Tak akan ada artinya lagi sebuah penyesalan. Waktu tak pernah mengijinkan kami kembali ke masa itu. Bahkan sekarang bisa dibilang tinggal menghitung hari untuk kata berpisah. Untuk melucuti senjata perlindungan kita bersama. Untuk pelan-pelan melepas genggaman tangan erat kita.

Kalau boleh aku mengakuinya, aku takut. Bahkan mengenang sebuah kelas dengan tiga puluh dua siswa, tiga puluh dua tingkah laku, tiga puluh dua hal ajaib, itu semua menyesakkan.

Biarpun aku tak pernah menjadi siapapun untuk kalian. Walaupun aku hanya gadis cerewet yang suka mengatur, sok tau, ikut campur, walaupun aku ini anak yang tidak asik bagi kalian. Atau mungkin aku hanya asik untuk di soraki “Hmm” setiap kali mengatakan sesuatu. Hanya asik untuk menjadi bahan tertawa. Tak apa, aku tak sepenuhnya kesal. Apapun itu diriku dimata kalian asalkan itu artinya aku adalah bagian dari kalian, tak apa.

Yaa, tapi kalian selalu berarti bagiku. Kalian selalu istimewa. Dengan keajaiban-keajaiban yang kalian ciptakan sendiri. kalian selalu hebat dimataku.

Untuk dia, yang aku tak bisa menyebut namanya. Terimakasih telah mengenalkanku pada sebuah rasa. Terimakasih telah menjadi seseorang yang pernah menyayangiku. Terimakasih untuk hari-hari yang entah kau tahu atau tidak aku sangat menghargainya. Terimakasih telah mengajariku bagaimana rasanya menyayangi dan di sayangi. Terimakasih untuk membuatku tahu rasanya memiliki seseorang yang berharga, dan bagaimana menjaganya. Terimakasih telah menjadi orang pertama yang mengajarkanku rasa sakit itu. Membuatku belajar bangun dari rasa sesak yang menghimpitku setiap malam. Terimakasih.

Untuk Nizar, yang menjadi sahabat yang hebat. Mau mendengar ceritaku meski mungkin itu merupakan hal membosankan untuk didengar. Selalu memberi tanggapan yang berbeda, simpel tapi mengena. dan kau menjaga cerita itu lebih baik dari siapapun. Terimakasih.

Untuk Vira, sahabat sekaligus kakak yang baik. Entah dia tahu atau tidak aku sedikit iri padanya. Bagaimana tidak, dia pintar,  baik, terkenal (bisa dibilang) di elu-elukan, dan diluar itu semua, dia begitu cantik. Terimakasih selalu ada untuk menemaniku. Menjadi dewasa untukku. Terimakasih karena selalu berbagi ceritamu denganku tanpa kuminta, dengan begitu aku tahu rasanya dianggap ada. Kau selalu hebat dimataku. Bahkan ketika kita kau berada di tempat yang berbeda, kau masih mau menanyakan kabarku, beberapa kali menelfon. Kau selalu menghargai karyaku. Aku senang setiap kali kau bilang “Disini tidak ada yang sehebat dirimu”. Biarpun seisi dunia menyangkalnya, biarpun itu hanya kalimat basa-basi, biarpun kau mengatakan itu pada semua teman di Jogja, aku tetap senang. Lebih senang lagi setiap kali kau berkata bila kau sedang merindukanku.  

Untuk Vita dan Ahya, kalian adalah sepaket yang tak lepas. Terimakasih telah menjadi sahabat yang mau menemaniku. Termakasih kalian telah mengajarkanku untuk mengurangi keegoisanku. Terimakasih telah membuatku pelan-pelan menyadari bagaimana bersikap. Biarpun ada beberapa sakit yang sering ku tanggung, terimakasih kalian mengenalkanku pada hakikat rasa sakit itu. Dan membantu belajar menanganinya. Terimakasih untuk menjadi teman berbagi, terutama untuk masalah K-Pop.
           
Untuk Sureya, gadis penyayang yang jail minta ampun. Terimakasih untuk semuanya. untuk kepercayaan yang ada pada dirimu. Untuk selalu menjadi orang yang pertama kali memberiku semangat, meski aku mengacuhkannya, dan menjadi orang terakhir untuk menyerah atas ketidak perdulian dan keegoisanku. Terimakasih (entah bohong atau tidak) kau telah menjadikanku bintang. Untuk selalu ada disampingku dan menemaniku setiap saat bahkan ketika dunia mengacuhkanku. Maaf aku menjadi orang yang terlambat menyadari kehadiranmu. Menjadi orang yang kasar dan cuek padamu. Tapi orang benar, kasihmu yang tulus itu telah meluluhkan keegoisanku. Kau tahu kenapa aku selalu memanggilmu “Bubun”? itu karena kasih sayangmu begitu tulus dan tak pernah berhenti, tak pernah memintaku untuk perhatian kepedamu juga. Karena kau tak perduli betapa aku menghiraukanmu. Kau selalu ada. terimakasih telah menjadi pasangan lubang hidung untukku (kata Pak Ridi, Aku dan Sureya kaya sepasang lubang hidung yang nggak pernah pisah).  Kalau kau berharap menjadi sahabat yang baik untukku. Lupakan, kau lebih dari itu.
           
Untuk Shasa, yang moodnya nggak stabil. Kadang kekanak-kanakan, kadan ribut minta ampun, kadang diem aja nggak mau diganggu, kadang romantis tingkat dewa, kadang alay. Apapun itu, itulah kamu. Terimakasih untuk semuanya. Untuk motivator yang tak pernah kau sadari. Untuk menjadi Sahabat yang ajaib. Untuk menemaniku ketemu bang Tere (yeaay!!). untuk semuanya.
           
Untuk Tika, yang selalu jadi adik yang baik. Selalu menjadi pendengar yang hebat. Selalu sederhana tapi hebat. Selalu nemenin naik bis.
           
Untuk Primas, yang selalu sabar menghadapi aku yang kekanak-kanakan. Yang menjadi dewasa untukku. menjadi orang yang (sampai sekarang) cukup misterius untukku. well, terimakasih untuk menjadi pendengar yang baik. Selalu berbagi ceritamu. Terimakasih. :D
            Untuk Oka, yang aku juga nggak ngerti. Kadang baik, kadang nyebelin. But, thanks kamu membantu banyak untuk aku dan dia.
           
Untuk Yusi, Annis, Clara, Asti, Becky, Chinddhy, Fildza. Sekumpulan anak yang super seru (baca: super nyebelin dan jail) yang selalu bikin rame kelas. Selalu bikin malu, bikin heboh. CoperlazA sepi tanpa kalian. Well, meskipun kalian sering banget jail. Aku yakin nggak ada yang bener-bener serius. Kalian bener-bener sekelompok anak yang seru (honestly). Big thanks untuk meramaikan kelas.
           
Untuk Bhaga, cowo keppo eang butuh cindtha *ups. Makasih kamu masuk dan menjadi pelengkap yang keren.
           
Untuk Ayu, gadis yang supeeerrr dupeer mega sabar ngadepin kejailanku. Nggak pernah marah. Selalu ngajarin aku. Dan untuk jadi temen semeja yang setia setahun ini. Thanks dear.

            Untuk Fadli, meskipun dia rusuh banget, tapi dia yang selalu bikin ketawa dengan tingkahnya yang super innocent itu. Meskipun dia jadi pemimpin untuk mengolokku (kayaknya sih gitu). Tapi makasih. Telah memperiku perhatian dalam bentuk yang berbeda.
           
Untuk setiap nama yang belum tersebut. Meski aku tak pernah mengenal kalian dengan baik, meski kalian membenciku. Kalian adalah teman-teman yang super hebat! Kalian adalah bagian CoperlazA yang tak akan tergantikan oleh siapapun juga. Dengan tingkah lalu kalian yang tidak biasa, maka dengan itu terlahirlah CoperlazA. Kelas yang komplit dan semua ada.

            Untuk tiga puluh dua pasukan yang teramat hebat, maafkan aku. Karena aku tak menjadi teman yang menyenangkan, karena aku yang terlewat egois, sok mengatur, sok dewasa, tidak asik. Maafkan aku karena terkadang aku sangat menyebalkan. Biarpun aku bukan siapa-siapa untuk satu orangpun dari kalian, aku ingin kalian tahu, aku bersyukur pernah mengenal kalian.

Biarkan waktu berjalan memenuhi tugasnya. Meninggalkan cerita yang akan terus berbekas. Biarkan hari terus berlanjut. Memberikan pemahaman tentang arti sebuah kebersamaan. Biarkan waktu terus berputar. Membawa kita pada sebuah perpisahan.

            Kawan, waktu itu tak pernah terlambat datang membawa janjinya. Meskipun itu adalah sebuah perpisahan yang dengan sekuat tenaga kita menyangkalnya. Biarpun mata kita tak tak saling memandang, biarpun tangan kita tak saling menggenggam, tapi sungguh aku berharap Tuhan tak pernah benar-benar memisahkan kita.

            Jalan terbentang disana, kawan. Ambil jalan yang kau pilih, buktikan pada dunia bahwa kita bisa mengambil bintang terang itu. Menjadi pribadi yang lebih baik dengan pemahaman baik. Membawa janji esok yang lebih baik.

            Tulisan ini tak akan pernah mewakili satu dari sekian kisah aku bersama kalian. Satu dari rasa syukur teramat besar untuk pernah ada dan menjadi bagian dari kalian. Tak pernah mengungkapkan betapa aku berterimakasih atas semua yang kalian lakukan. Tak pernah menyampaikan maafku yang teramat dalam untuk menjadi teman kelas yang tidak seperti apa yang kalian harapkan.

            Semoga kalian bisa melewati jalan kalian dengan baik. Memiliki pemahaman yang baik tentang kehidupan. Mengambil mimpi yang selalu kalian rajut. Semoga Tuhan memudahkan semuanya.

-Ruri Annisa-