Oleh: Ayu Kusumastuti
“klik, klok, klik, klok,” suara jam
dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku menguap lebar sambil membuka
halaman baru, buku pelajaran yang sedang asyik kubaca.
Jendela
kamar dengan gorden berwarna merah jambu itu, masih terbuka lebar dan meniupkan
lembutnya angin yang dingin. Kulihat para bintang menghiasi langit malam yang
tampak mungil dari kejauhan. Mereka memperlihatkan cahaya mereka, bagaikan
berlian yang berjajar menemani sang bulan yang tersenyum. Aku menghembuskan
nafas lega, merasakan suasana malam yang begitu damai.
Aku melangkahkan kakiku, beranjak dari
tempat membaca buku menuju jendela kamar. Sebenarnya, pemandangan langit yang
mempesona membuatku tak ingin buru-buru menghilangkan kesempatan untuk terus
memandangnya. Sayangnya, waktu telah larut dan esok hari aku harus mulai
berjuang lagi. Memegang pena, menuliskan kata-kata di atas kertas, dan berpikir
bagaimana aku dapat menjawab segala pertanyaan yang menantang adalah sesuatu
yang tak asing lagi kulakukan. Aku melakukan semua ini, karena aku menantikan
kebahagiaan pada suatu hari. Aku berdoa dengan segala ketulusan hati, menunggu
jawab-Nya. Aku ingin membuat ayah dan ibu bahagia. Berharap, aku dapat
menggantikan sedikit keletihan mereka.
Saat aku hendak menutup jendela kamar
dengan kedua tanganku, badanku terasa sangat ringan. Lama-kelamaan, aku melihat
kakiku yang tanpa sadar tak lagi menapak di atas lantai. Anehnya, aku dapat
mengendalikan tubuhku ke arah manapun. Aku sangat terkejut atas apa yang sedang
terjadi.
Jendela yang terbuka lebar menjadi
pintu keajaiban akan sesuatu yang belum pernah aku alami. Aku terbang melalui
jendela kamar dan melihat pemandangan malam sekitar. Rambutku melambai ke arah
belakang seperti aku sedang berlari di daratan. Aku sadar bahwa aku benar-benar
terbang.
Tiba-tiba ayunan yang menggantung pada
sebuah tangkai pohon di halaman rumahku terlepas dengan sendirinya. Aku sangat
memperhatikan benda tersebut yang terbang mendekatiku. Lalu, aku duduk di atas
ayunan dan terbang bersamaku. Aku memegang tangkai ayunan begitu erat. Ayunan
itu membawaku terbang semakin cepat, lama-kelamaan lebih tinggi daripada tempat
sebelumnya. Ayunan membawaku pergi sampai ke langit dan berhenti dengan
sendirinya. Tiba-tiba bintang kecil mendekatiku secara perlahan dan berkata
kepadaku.
“Hai, gadis kecil. Siapa namamu?”
bintang yang bersinar paling terang itu, bertanya kepadaku.
“Ak…ak…aku Maggy… wahai bintang, apakah
kau tahu? Mengapa aku dapat terbang ke langit dan bertemu denganmu?” aku
bertanya dengan sedikit tertatih dan penuh keseriusan.
“Maggy yang manis, kau adalah anak yang
rajin. Bahkan, ketika orang lain tertidur kau melakukan sesuatu yang luar
biasa. Kau mewarnai malam hari dengan setumpuk buku yang kau baca,” bintang itu
menjelaskan dengan sinarnya yang semakin terang, “sekarang kau mengerti kan
anak manis? Kau berada di sini karena kau telah menjalankan kewajibanmu dengan
penuh tanggung jawab. Sehingga kamu dapat mencapai langit yang tertinggi dan
mendapatkan bintang yang bersinar paling terang. ”
Bintang itu tersenyum kemudian pergi
melintasi langit dan meninggalkan cahaya menyerupai lilin-lilin kecil, lalu
berada di sekelilingku. Cahaya itu menerangi kegelapan yang pekat. Ayunan
tempat dimana aku duduk, terbang menuju ke bawah dan seterusnya hingga aku
melihat rumahku yang mungil dari kejauhan.
Cahaya itu berhenti tepat di atas
jendela kamar. Ayunan yang baru saja melintasi malam bersamaku mengikuti kemana
arah cahaya itu pergi. Aku berada di dalam kamar dan melihat malam yang kian
berseri diiringi oleh terangnya cahaya bulan dan bintang.
Aku tak dapat lagi mengendalikan tubuhku,
kemana aku akan terbang. Tiba-tiba ragaku melayang ke sana-ke mari tanpa arah
yang jelas, hingga aku terjatuh dan menjerit kesakitan.
Aku melihat ruangan kamar dengan gorden
yang melambai-lambai tertiup angin dan jendela kamarku masih terbuka lebar.
Terdengar suara hentakan langkah kaki dan mengetuk pintu kamar lalu membukanya
secara perlahan. Aku melihat wajah ibu yang panik, sedangkan aku bingung dengan
apa yang sedang terjadi.
“Kamu tak apa-apa Maggy? Mengapa kamu
berteriak? Dan mengapa kamu berada di atas lantai, sayang? “ Ibu menatapku
dengan kerutan di dahinya tampak begitu jelas.
Kini aku sadar bahwa aku telah
bermimpi. Lalu, aku terjatuh dari tempat tidur sehingga aku menjerit. Sehingga,
ibu datang dan menanyakan apa yang sedang terjadi kepadaku. Sedangkan aku
berada dalam kebingungan akan apa yang sebenarnya terjadi.
Aku tertawa. Ibu terlihat cemas dan
bingung, lalu tertawa kemudian. Aku menceritakan semua yang telah terjadi dan
bertanya kepadanya apa arti dari mimpiku. Ibu mengelus keningku dan menatapku.
Ibu berkata bahwa setiap orang yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan sesuatu
yang ia inginkan. Aku mengangguk-anggukan kepalaku.
Ibu menyelimutiku dengan selimut tebal
yang hangat, mencium dahiku dan tersenyum kepadaku. Akupun membalas
senyumannya. Ia mematikan lampu kemudian meninggalkanku, menutup pintu kamar
secara perlahan.
Aku menghadap jendela yang tidak
ditutupi gorden dan melihat bulan dan bintang tersenyum riang mengiringi malam
yang panjang. Perlahan, aku menutup mataku. Perasaanku bahagia atas pelajaran
yang kudapatkan pada hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar