Minggu, 18 November 2012

Terbang ke Langit

Oleh: Ayu Kusumastuti 

“klik, klok, klik, klok,” suara jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku menguap lebar sambil membuka halaman baru, buku pelajaran yang sedang asyik kubaca.
 Jendela kamar dengan gorden berwarna merah jambu itu, masih terbuka lebar dan meniupkan lembutnya angin yang dingin. Kulihat para bintang menghiasi langit malam yang tampak mungil dari kejauhan. Mereka memperlihatkan cahaya mereka, bagaikan berlian yang berjajar menemani sang bulan yang tersenyum. Aku menghembuskan nafas lega, merasakan suasana malam yang begitu damai.
Aku melangkahkan kakiku, beranjak dari tempat membaca buku menuju jendela kamar. Sebenarnya, pemandangan langit yang mempesona membuatku tak ingin buru-buru menghilangkan kesempatan untuk terus memandangnya. Sayangnya, waktu telah larut dan esok hari aku harus mulai berjuang lagi. Memegang pena, menuliskan kata-kata di atas kertas, dan berpikir bagaimana aku dapat menjawab segala pertanyaan yang menantang adalah sesuatu yang tak asing lagi kulakukan. Aku melakukan semua ini, karena aku menantikan kebahagiaan pada suatu hari. Aku berdoa dengan segala ketulusan hati, menunggu jawab-Nya. Aku ingin membuat ayah dan ibu bahagia. Berharap, aku dapat menggantikan sedikit keletihan mereka.
Saat aku hendak menutup jendela kamar dengan kedua tanganku, badanku terasa sangat ringan. Lama-kelamaan, aku melihat kakiku yang tanpa sadar tak lagi menapak di atas lantai. Anehnya, aku dapat mengendalikan tubuhku ke arah manapun. Aku sangat terkejut atas apa yang sedang terjadi.
Jendela yang terbuka lebar menjadi pintu keajaiban akan sesuatu yang belum pernah aku alami. Aku terbang melalui jendela kamar dan melihat pemandangan malam sekitar. Rambutku melambai ke arah belakang seperti aku sedang berlari di daratan. Aku sadar bahwa aku benar-benar terbang.
Tiba-tiba ayunan yang menggantung pada sebuah tangkai pohon di halaman rumahku terlepas dengan sendirinya. Aku sangat memperhatikan benda tersebut yang terbang mendekatiku. Lalu, aku duduk di atas ayunan dan terbang bersamaku. Aku memegang tangkai ayunan begitu erat. Ayunan itu membawaku terbang semakin cepat, lama-kelamaan lebih tinggi daripada tempat sebelumnya. Ayunan membawaku pergi sampai ke langit dan berhenti dengan sendirinya. Tiba-tiba bintang kecil mendekatiku secara perlahan dan berkata kepadaku.
“Hai, gadis kecil. Siapa namamu?” bintang yang bersinar paling terang itu, bertanya kepadaku.
“Ak…ak…aku Maggy… wahai bintang, apakah kau tahu? Mengapa aku dapat terbang ke langit dan bertemu denganmu?” aku bertanya dengan sedikit tertatih dan penuh keseriusan.
“Maggy yang manis, kau adalah anak yang rajin. Bahkan, ketika orang lain tertidur kau melakukan sesuatu yang luar biasa. Kau mewarnai malam hari dengan setumpuk buku yang kau baca,” bintang itu menjelaskan dengan sinarnya yang semakin terang, “sekarang kau mengerti kan anak manis? Kau berada di sini karena kau telah menjalankan kewajibanmu dengan penuh tanggung jawab. Sehingga kamu dapat mencapai langit yang tertinggi dan mendapatkan bintang yang bersinar paling terang. ”
Bintang itu tersenyum kemudian pergi melintasi langit dan meninggalkan cahaya menyerupai lilin-lilin kecil, lalu berada di sekelilingku. Cahaya itu menerangi kegelapan yang pekat. Ayunan tempat dimana aku duduk, terbang menuju ke bawah dan seterusnya hingga aku melihat rumahku yang mungil dari kejauhan.
Cahaya itu berhenti tepat di atas jendela kamar. Ayunan yang baru saja melintasi malam bersamaku mengikuti kemana arah cahaya itu pergi. Aku berada di dalam kamar dan melihat malam yang kian berseri diiringi oleh terangnya cahaya bulan dan bintang.
Aku tak dapat lagi mengendalikan tubuhku, kemana aku akan terbang. Tiba-tiba ragaku melayang ke sana-ke mari tanpa arah yang jelas, hingga aku terjatuh dan menjerit kesakitan.
Aku melihat ruangan kamar dengan gorden yang melambai-lambai tertiup angin dan jendela kamarku masih terbuka lebar. Terdengar suara hentakan langkah kaki dan mengetuk pintu kamar lalu membukanya secara perlahan. Aku melihat wajah ibu yang panik, sedangkan aku bingung dengan apa yang sedang terjadi.
“Kamu tak apa-apa Maggy? Mengapa kamu berteriak? Dan mengapa kamu berada di atas lantai, sayang? “ Ibu menatapku dengan kerutan di dahinya tampak begitu jelas.
Kini aku sadar bahwa aku telah bermimpi. Lalu, aku terjatuh dari tempat tidur sehingga aku menjerit. Sehingga, ibu datang dan menanyakan apa yang sedang terjadi kepadaku. Sedangkan aku berada dalam kebingungan akan apa yang sebenarnya terjadi.
Aku tertawa. Ibu terlihat cemas dan bingung, lalu tertawa kemudian. Aku menceritakan semua yang telah terjadi dan bertanya kepadanya apa arti dari mimpiku. Ibu mengelus keningku dan menatapku. Ibu berkata bahwa setiap orang yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Aku mengangguk-anggukan kepalaku.
Ibu menyelimutiku dengan selimut tebal yang hangat, mencium dahiku dan tersenyum kepadaku. Akupun membalas senyumannya. Ia mematikan lampu kemudian meninggalkanku, menutup pintu kamar secara perlahan.
Aku menghadap jendela yang tidak ditutupi gorden dan melihat bulan dan bintang tersenyum riang mengiringi malam yang panjang. Perlahan, aku menutup mataku. Perasaanku bahagia atas pelajaran yang kudapatkan pada hari ini.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar